Selasa, 26 Mei 2015

Opini Tentang Pria Metroseksual, Remaja dan Narkoba dan Mahasiswa Berprestasi (Tugas 1, Bhs Indonesia 2)

Pria Metroseksual

Metroseksual adalah sebuah istilah baru, sebuah kata majemuk yang berasal dari paduan dua istilah: metropolitan dan heteroseksual. Istilah ini dipopulerkan pada tahun 1994 untuk merujuk kepada Pria (khususnya yang hidup pada masyarakat post-industri, dengan budaya kapitalis) yang menampilkan ciri-ciri atau stereotipe yang sering dikaitkan dengan kaum Pria homoseksual (seperti perhatian berlebih terhadap penampilan), meskipun Dia bukanlah seorang homoseksual.

Penggunaan bahasa
Pria metroseksual memiliki manner tersendiri dalam berbicara atau mengobrol dengan lawan bicaranya. Dalam komunikasi sehar-hari, Pria metroseksual lebih senang menggunakan bahasa yang halus namun tegas, mereka tidak suka berbicara kotor atau serampangan.

Dandanan
Telah dikatakan sebelumnya, Pria metroseksual selalu memperhatikan penampilannya. Dalam urusan berdandan hampir semua Pria metroseksual menggunakan bedak tipis untuk menutupi noda di wajah. Mereka ingin penampilannya sempurna, dan tidak jarang juga mereka selalu membawa bedak ke mana-mana.

Pergaulan
Dalam pergaulan sehari-hari, Pria metroseksual tetap pada teman-teman sejenisnya (Pria) dan juga dikelilingi oleh banyak Wanita.

Aksesoris
Jika mencermati dari aksesori yang dikenakan juga akan terlihat berbeda. Pria metroseksual masih senang memakai pakaian Pria, apalagi yang sedang tren.
Hubungan asmara/percintaan
Dalam hal mencintai, Pria metroseksual akan mencintai lawan jenis sama derajatnya dengan kecintaannya terhadap diri sendiri.

Penampilan
Pria metroseksual memang memiliki penampilan feminin atau bahkan terkesan cantik, namun masih terlihat sifat maskulinnya. Contohnya, para artis Pria dari korea. Anda sering kan melihat gaya berpakaian mereka yang sangat rapih, tertata, pedu padan warna yang menarik, model rambut yang kemilau dan unik.

Kebanyakan Pria metroseksual bereksperimen melalui konsumsi barang dan pelayanan jasa seperti halnya branded fashion serta pusat kebugaran untuk membentuk tubuhnya menjadi proporsional. Bahkan salon kecantikan tidak luput disambangi para Pria metroseksual ini.
  

Remaja dan Narkoba

Narkoba adalah tiket menuju kematian. Siapapun itu bila seseorang mulai memakai narkoba telah dipastikan dia mencari jalan untuk bunuh diri. Saat ini narkoba tidak hanya bisa didapat di kota-kota besar seperti Jakarta, melainkan di pelosok-pelosok daerah terpencil di Indonesia pun narkoba sudah bisa didapat. Betapa ironisnya fakta tersebut. Entah karena tidak faham atau memang tidak peduli dengan hidup mereka, para remaja merupakan komunitas yang paling mudah dan paling sering tertangkap menggunakan narkoba. Bukanlah menjadi alasan apabila ketidakharmonisan keluarga membuat seseorang menjadi pemakai narkoba. Faktanya, banyak pengguna narkoba yang tertangkap berasal dari keluarga baik-baik dan harmonis. Kini pemakai narkoba berasal dari berbagai kalangan, dari keluarga kaya, miskin, harmonis, brokenhome, terpelajar, kurang berpendidikan, hidup di kota, di desa bahkan tempat-tempat yang sulit dijangkau sekalipun.

Bahaya Fisik Karena Narkoba
Sesungguhnya bahaya narkoba bukanlah hal yang jarang didengar oleh masyarakat. Bahkan pendiddikan mengenai bahaya narkoba telah diajarkan sejak dini. Namun, masih banyak pula para pengguna narkoba yang tidak peduli dengan hal tersebut. Berbagai bahaya seperti mengakibatkan gangguan pembuluh darah dan hipertensi sehingga berimbas pada kerusakan jantung. Gangguan pada paru-paru yang nantinya akan berefek pada sistem pernafasan manusia. Adapun, gangguan funsgsi seksual, turunnya nafsu makan yagn berakibat seseorang terlihat sangat kurus, serta gangguan sistem pencernaan lainnya. Fungsi tubuh akan menurun dan akan selalu lemas sebab pengguna narkoba umunya malas untuk bergerak. Dampak yang paling parah adalah kerusakan otak dan terkena HIV/AIDS yang membawa pada kematian.

Bahaya Sosial Akibat Narkoba
Pengguna narkoba ini akan merugikan keluarganya, tidak jarang pengguna narkoba yang nekad mencuri uang orangtuanya agar mendapat uang untuk membeli narkoba. Bahkan mereka juga bisa menjual barang berharga yang ada di rumah dan melakukan cara apapun hingga tindak kriminal agar bisa memperoleh uang untuk membeli narkoba. Mereka yang telah diketahui mengonsumsi narkoba biasanya dikucilkan oleh masyarakat sekitar. Khususnya untuk remaja yang masih menempuh jenjang pendidikan terancam dikeluarkan dari sekolahnya.
Mengetahui bahaya-bahaya di atas, masihkan seseorang menginginkan narkoba dengan alasan apapun. Jangan pernah ingin mencoba bahkan hanya jika ingin tahu seperti apa narkoba tersebut, karena sekali mencoba dipastikan membuat kecanduan si pemakai narkoba.

Mahasiswa Berprestasi

Mahasiswa adalah cikal bakal penerus bangsa yang beridealisme, berintegritas, dan berintelektual. Kehidupan kampus mahasiswa hanya seputar di kelas lalu pulang atau bertemu teman dan mengobrol. Apakah itu cukup? Tentu saja tidak. Jika hanya seperti itu mahasiswa tidak akan menjadi seseorang yang hebat kelak. Mereka juga harus berprestasi dan berorganisasi untuk menunjang karirnya. Dua hal itu kadang diperdebatkan mana yang lebih penting. Prestasi atau organisasi? Jawaban saya adalah kedua hal itu sangat penting. Mengapa? Hal inilah yang perlu kita bahas lebih lanjut.

Pertama, mahasiswa yang berprestasi adalah mahasiswa yang terjamin kualitas sumber daya manusianya. Mereka dikatakan berprestasi karena telah melakukan suatu hal yang lebih baik dari mahasiswa lainnya, mendapat sebuah penghargaan atau menjadi mahasiswa yang mengukir catatan kebanggaan lainnya. Prestasi mereka tentu saja tidak akan menjadi hitam diatas putih. Prestasi yang diraih mahasiswa dapat digunakan untuk mempermudah mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah. Di sisi lain, prestasi yang mereka dapatkan tentu saja membuat bangga orang tua, teman-teman, pendidik, dan almamater.

Kedua, mahasiswa yang berprestasi tentu akan menjadi panutan bagi teman-teman, adik-adiknya atau angkatan di bawahnya. Secara tidak langsung, tanpa disadari prestasi mahasiswa tersebut tentu akan menggetarkan hati mahasiswa lainnya. Memberi stimulus untuk minimal dapat menjadi seperti dia atau malah ingin lebih banyak meraih prestasi. Motivasi seperti ini tentu dibutuhkan untuk menguatkan mental mahasiswa bahwa menjadi mahasiswa harga mati untuk berprestasi.
Selain prestasi seperti yang dipaparkan diatas, mahasiswa juga perlu berorganisasi. Organisasi dalam kuliah sering dikatakan tidak perlu atau hanya menyibukkan saja, menyita waktu sehingga tidak fokus. Kadang itu ada benarnya, namun hal itu juga bergantung pada esensi awal kita berorganisasi itu sendiri. Apa pentingnya berorganisasi? Ada banyak alasan logis dan manfaat yang dapat didapat mahasiswa jika menjadi organisatoris.

Pertama, mahasiswa yang berorganisasi tentunya akan memiliki interaksi sosial yang baik. Mereka dibiasakan untuk berkomunikasi dengan banyak orang dalam sebuah organisasi itu. Hal itu menyebabkan proses interaksi sosial juga diasah dan lambat laun kemampuan mereka berinteraksi dalam kelompok sosial akan menjadi baik dan berkarakter. Kemampuan ini akan bermanfaat dalam dunia kerja nanti.

Kedua, mahasiswa yang berorganisasi akan memiliki mengenal dan dikenal banyak orang. Karena sebagaimana kita ketahui tali silaturahim itu perlu dijaga dan dibina. Jika kita banyak memiliki teman atau kenalan, di masa depan kita tidak perlu merasa terkucilkan atau sulit untuk berkomunikasi sekedar meminta bantuan dan lain-lain. Jika kita berpergian kita memiliki kenalan di tempat yang dituju, itu pasti mempermudah kegiatan kita.
Untuk menjadi mahasiswa yang demikian tentu tidak mudah. Perlu adanya manajemen waktu dan usaha yang keras karena kesibukannya lebih banyak. Jadi, selain memperoleh kebanggaan melalui prestasi dan motivator, kita juga bisa menjadi lebih disiplin dan teratur dalam kehidupan serta memiliki hubungan sosial atau interaksi sosial yang baik. Oleh karena itu, kita sebagai mahasiswa-mahasiswa harus menjadi mahasiswa yang berprestasi dan organisatoris sebab banyak manfaat yang dapat diraih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar